Senin, 24 Juni 2019

Osob Kiwalan, Bahasa Unik dari Malang

Halo, Lur! Yo opo rabak'é umak hèbak? Mugo-mugo kipa-kipa aé, yo.
Bagi kalian yang berasal dari atau berdomisili di Malang (dan sekitarnya) mungkin udah paham dengan kalimat di atas. Ya, kalimat di atas ditulis dalam Osob Kiwalan atau Basa Walikan khas Malang. Buat kalian perantau yang akan ke Kota Malang, harus tau tentang bahasa unik ini, terutama untuk kalian yang akan menempuh studi di Kota Malang. Månggå dipunwaos!
Balaikota Malang dan Tugu Kota Malang di Jl. Tugu, Kota Malang | sumber : ngalam.co
Jauh sebelum anak Jakarta menggunakan kata-kata yang dibalik sebagai bahasa gaul, masyarakat Kota Malang telah menciptakan bahasa pergaulan yang berasal dari kosakata yang dibaca dari belakang. Bahasa ini dikenal dengan nama Osob Kiwalan, yang berasal dari bahasa Jawa Båså Walikan, atau dalam bahasa Indonesia bisa diterjemahkan sebagai "bahasa yang dibalik". Namun yang dibalik hanya kosakatanya saja, sementara urutan kata tetap tidak berubah. Kosakata bahasa ini kebanyakan berasal dari bahasa Jawa dialek Malang dan bahasa Indonesia.

Bahasa ini awalnya diciptakan oleh pejuang GRK (Gerilya Rakyat Kota) pada masa Agresi Militer Belanda II sekitar tahun 1949. Menurut Dukut Imam Widodo dalam bukunya Malang Tempo Doeloe jilid II, orang yang pertama kali mencetuskan ide bahasa ini adalah Suyudi Raharno dan temannya, Wasito, yang juga anggota GRK. Sayangnya, beliau berdua telah gugur oleh serbuan Belanda pada 1949. Suyudi Raharno gugur disergap pasukan Belanda pada September 1949 di wilayah Dukuh Genukwatu (sekaran wilayah kelurahan Purwantoro, Kota Malang), sedangkan kawannya, Wasito, gugur lebih dulu ada pertempuran di wilayah Gandongan (sekarang wilayah kelurahan Pandanwangi, Kota Malang) dan telah dimakamkan di TMP Surapati, Kota Malang.

Berawal dari banyaknya pasukan mata-mata Belanda yang menyusup ke dalam anggota GKR, membuat banyak informasi yang bocor mengenai perjuangan GKR. Maka dari itu, Suyudi Raharno memiliki cara cerdik agar informasi tidak bocor ke tangan antek-antek Belanda, yaitu dengan membuat suatu bahasa komunikasi yang mudah dipahami oleh para pejuang, dan sulit diketahui oleh musuh. Akhirnya terciptalah Osob Kiwalan ini dan menjadi perantara komunikasi sesama pejuang. Dengan bahasa ini juga, para pejuang dapat mengetahui mana kawan mana lawan. Hingga akhirnya didapati juga fakta bahwa tewasnya Mayor Hamid Rusdi, selaku pimpinan GKR, akibat informasi yang dibocorkan oleh mata-mata kepada pihak Belanda.

Bahasa ini tidak memilki aturan baku dan sangat longgar dalam hal pembalikan kata. Akan tetapi, kunci utama dari pembalikan kata bahasa ini adalah enak didengar, mudah diucapkan, dan mudah diingat. Jika dirasa sulit diucapkan terbalik, maka yang dilakukan adalah menyesuaikan bunyi, membuat padanan kata baru, atau tidak dibalik sama sekali. Contohnya kata komputer tidak lazim dibalik menjadi retumpok, karena relatif sulit diucapkan terbalik juga kata tersebut tidak umum dibalik. Kata-kata yang biasa dibalik adalah kata-kata yang umum dalam kehidupan sehari-hari saja.

Ada beberapa kosakata penting dalam perang yang sulit dibaca terbalik. Contohnya adalah kata Londo (seharusnya ditulis Låndå) yang tidak bisa dibalik menjadi Odnol, maka dibuat padanan katanya, yaitu Nolo. Mata-mata dibalik menjadi atam, tetapi karena mata-mata yang dimaksud adalah mata-mata Belada, maka mereka menambahkan kata kèat, yang berarti 'kotoran' menjadi atam kèat. Contoh penyesuaian bunyi yang lain adalah kata 'Polisi', yang tidak dibalik menjadi isilop, tetapi disederhanakan menjadi silop atau silup. Begitu pula untuk nama senjata genggam yang sulit dicari padanannya, maka digunakanlah kode samaran benduk (benduk owod = senjata laras panjang, owod = dåwå = panjang).

Padanan kata untuk nama etnis juga sedikit berbeda dari pembalikan biasanya. Cino (Cinå) diterjemahkan menjadi Onèt, Meduro/Maduro (Madurå) diterjemahkan menjadi Arudam/Orudam, Arab diterjemahkan menjadi Bara, walaupun sebenarnya terdengar kurang lazim.

Contoh lain penggunaan di luar kosakata Jawa maupun Indonesia adalah nès (zain/zèn), berasal dari bahasa Arab yang berarti 'baik'. Tidak baik = kadit nès. 'Abah' (ayah, dalam bahasa Arab) dibalik menjadi sèbèh, kemudian terjadi pembalikan ulang menjadi èbès. Selain itu ada pula kosakata yang tidak diketahui asal usulnya, seperti raijo (uang) → ojir (zaman sekarang bergeser arti menjadi "gaji"/"upah").

Penggunaan Osob Kiwalan zaman sekarang cukup terbatas, dan jarang dituturkan oleh anak-anak muda. Memang, bahasa ini tidak punah, hanya saja penggunaannya menjadi selingan barang satu atau dua kata dalam percakapan sehari-hari. Namun, bila kalian mendengar orang Malang menggunakan bahasa ini, maka boleh disimpulkan bahwa antara penutur dan lawan bicara sudah memiliki hubungan pertemanan yang dekat.

Oke, sampai di sini pembahasan tentang Osob Kiwalan khas kota saya tercinta. Nuwus wis diwoco yo, kèr!

Share this

PsyBU'19

1 Response to "Osob Kiwalan, Bahasa Unik dari Malang"