Rabu, 26 Agustus 2020

DINASTI CAROLINGIÈNNE : La Dynastie Carolingiènne 768 – 987 (PART 2)


Lembaran sejarah dinasti ini sesungguhnya sudah dimulai sejak kemunculan Pépin II d’Herstal (± 635-714). Pépin II d’Herstal adalah kakek Pépin III le Bref (maire du palais yang mengkudeta Childéric III). 

Statue de Pépin II d’Herstal Dari istri keduanya (Alpaïde), Pépin II d’Herstal mempunyai putra Charles Martel & Childebrand.

Charles Martel mewarisi jabatan Maire du palais dari ayahnya, Pépin II d’Herstal. Charles Martel inilah yang memukul mundur serbuan kekhalifahan Ummayah (Cordoba) pimpinan Abdurrahman Al-Ghafiqi (Gubernur Andalucia) di Poitiers, tahun 732. Dari istri pertamanya (Chrodtrude), Charles Martel mempunyai putra yang bernama Pépin III le Bref (± 715-768).

Charles Martel (688-741)

Pépin III le Bref diangkat sebagai raja bangsa Frank (751-768) ketika berhasil menggulingkan Childéric III (raja Mérovingien yang terakhir). Secara legal religius, Pépin III le Bref dinobatkan sebagai raja pada tahun 754 di Basilique de Saint-Denis oleh Paus Étienne II (Stephanus II).

Pépin III le Bref berputra 6, yakni: 

1) Charles (747-814)

2) Carloman (±751-771)

3) Gisèle (757-810; biarawati)

4) Pépin (759-761)

5) Rothaïde (mati muda)

6) Adélaïde (mati muda)

Sepeninggal Pépin III le Bref, Charles sebagai anak pertama mewarisi wilayah Frank & menjadi raja dengan gelar Charles Ier le Grand atau Charlemagne. Ibukota kerajaannya ada di Aix-la-Chapelle (sekarang kota Aachen di Rhénanie-du-Nord-Westphalie, Jerman). Nama Charlemagne diambilkan dari bahasa Latin “Carolus Magnus” yg memiliki arti “Carolus yg Agung”. Nama “Carolus” ini dipergunakan sebagai dasar penamaan dinasti raja-raja yang didirikan oleh Charlemagne, yakni dinasti Carolingien (la dynastie carolingiènne).

Charlemagne (747-814)

Sepanjang 46 tahun pemerintahannya, Charlemagne melancarkan 54 kali ekspedisi militer untuk menaklukan Eropa, khususnya ke Germania, Italia, & Spanyol.

Ekspedisi militer ke Italia

Ekspedisi militer ke Italia dilancarkan dgn tujuan menaklukkan Lombardia (Italia utara). Ekspedisi itu dilaksanakan dlm memenuhi panggilan Paus Adrien Ier (Adrianus I) utk mengalahkan Desiderius, raja Lombardia.

Ekspedisi militer ke Spanyol (778)

Ekspedisi ini tidak sepenuhnya sukses, bahkan dalam perjalanan pulang ke Prancis, barisan belakang pasukan Charlemagne pimpinan Roland dibantai habis oleh orang Basque di celah Roncevaux. Peristiwa tragis ini mengilhami kemunculan epos La Chanson de Roland.

Ekspedisi militer ke Germania (772-804)

Ekspedisi ini ditujukan untuk menaklukan wilayah Saxony (Saxe; Germania utara). Resistensi penduduk Saxony yg luar biasa menjadikan ekpedisi tersebut menjadi sangat brutal & berdarah. Akibatnya, lebih dari ¼ penduduk Saxony terbunuh.

Ekspedisi penaklukan Saxony yang sangat kejam & brutal.Setelah berhasil ditaklukan, penduduk Saxony dipaksa memeluk agama Katolik. Pada hari Natal, 25 Desember 800, Paus Leo III memahkotai Charlemagne di Roma sebagai “Kaisar Romawi Suci”.

Alasannya adalah karena Charlemagne berhasil menyatukan seluruh wilayah di Eropa Barat yang dulu pernah dikuasai Romawi. Setelah dinobatkan menjadi kaisar Romawi Suci, Charlemagne terus mengkonsolidasikan kekuasaannya hingga akhir hidupnya di tahun 814. Istana Aix-la-Chapelle menjadi pusat pemerintahan yang terbesar & terkuat di Eropa kala itu.

Patung dada Charlemagne dari emas di katedral Aachen (kiri) & yang berada di depan balaikota Aachen (kanan atas).

La statue de Charlemagne devant la cathédrale Notre-Dame de Paris.

Selain di Prancis, Charlemagne juga diakui sbg penguasa di Jerman, Belgia, Belanda, Luxemburg, & Swiss.

La statue de Charlemagne à Liège, Belgique.


La statue de Charlemagne à Hamburg, Allemagne.

La statue du IXe siècle représentant Charlemagne dans le monastère Saint-Jean-Baptiste de Müstair, en Suisse.


La statuette de Charlemagne surmontant le sceptre du roi Charles V (Paris, musée du Louvre, vers 1364-1380).


Tahta & mahkota Charlemagne di katedral Aachen

Charlemagne meninggal pada tahun 814. Sepeninggal Charlemagne, tahta kekaisaran Romawi Suci diwariskan kpd putranya yang bernama Louis Ier le Pieux (778-840). Louis Ier le Pieux adalah satu-satunya ahli waris yg sudah karena kedua kakaknya meninggal saat masih muda. Belgia, Belanda, Jerman, Luxembourg, Swiss, & sebagian Italia masuk ke dalam wilayah kekuasaan Charlemagne. Charlemagne meninggalkan warisan wilayah yg sangat luas kepada putranya.

Cakupan wilayahnya tsb melebihi luas wilayah Prancis saat ini.

Ketika Louis Ier le Pieux wafat, timbul masalah besar. Sesuai dengan tradisi Germania, ketika seorang raja wafat, wilayahnya harus dibagi sama rata untuk para putranya. Dulu ketika Charlemagne wafat, hal ini tidak sampai terjadi karena putranya yang semula tiga orang tinggal tersisa satu, jadi wilayah Frank bisa diwariskan utuh. Namun, Louis Ier le Pieux ini berputra 4, sehingga wilayah kerajaan pun harus dibagi 4.  Maka ketika teritori Frank dibagi 4 untuk keempat putra Louis Ier le Pieux (Lothaire, Pépin, Louis, & Charles), perang saudara yang berkepanjangan pun tidak bisa dihindarkan. Namun tanpa bisa diprediksi sebelumnya, Pépin meninggal tahun 838. Pembagian wilayah pun ditinjau ulang. Sekarang wilayah Frank hanya dibagikan kepada Lothaire, Louis, & Charles.

Setelah menerima wilayahnya masing-masing, maka:

Lothaire bergelar Lothaire Ier 

Louis bergelar Louis II le Germanique

Charles bergelar Charles II le Chauve

Namun kemudian, terjadi perkembangan yg tidak diduga sebelumnya. 

Charles II le Chauve berkonspirasi dgn Louis II le Germanique utk merebut kekuasaan Lothaire Ier. 

Aliansi tsb disahkan melalui sumpah di kota Strasbourg pada tahun 842.

Setelah aliansi itu terjalin, Charles & Louis pun menyerang Lothaire . Lothaire Ier dikalahkan dalam pertempuran di Koblenz (Coblence). Ia lalu melarikan diri ke Aix-la-Chapelle (Aachen). Louis II & Charles II merebut Aix-la-Chapelle & memaksa Lothaire Ier untuk berunding. Perundingan tersebut menghasilkan perjanjian Verdun pada tahun 843.

Isi perjanjian Verdun (843) adalah sbg berikut:

Charles II le Chauve mendapatkan FRANCIE OCCIDENTALE (Prancis sekarang).

Louis II le Germanique mendapatkan FRANCIE ORIENTALE (Jerman sekarang).

Lothaire Ier, sbg anak sulung Louis Ier le Pieux, tetap mewarisi gelar Kaisar Romawi Suci.

Namun sbg pihak yg kalah, ia hanya mendapatkan FRANCIE MÉDIANE (Lothringen, Lorraine, Bourgogne, Provence, & Lombardie).

Tetapi, eksistensi kerajaan Francie Médiane tdk berlangsung lama. Begitu Lothaire Ier wafat tahun 855, Francie Médiane pun dibagi kepada ketiga putranya (Louis, Lothaire, & Charles) lewat Perjanjian Prüm (855).

Dalam Perjanjian Prüm, disepakati bahwa:

Si sulung, Louis (bergelar Louis II), mendapatkan Italia & gelar Kaisar Romawi Suci dari ayahnya.

Anak ke-2, Lothaire (bergelar Lothaire II), memperoleh Lotharingie (wilayah utara).

Anak ke-3, Charles (bergelar Charles de Provence), diberi wilayah Provence (wilayah tengah). 

Namun, meskipun mewarisi gelar kaisar dari ayahnya, Louis II hanyalah seorang penguasa kecil yang lebih lemah daripada kedua pamannya (Louis II le Germanique & Charles II le Chauve). Kerajaan Charles de Provence pun hanya berlangsung sebentar. Setelah kematiannya (tahun 863), wilayah Provence pun dianeksasi oleh kedua kakaknya (Louis II & Lothaire II). Lalu bagaimana nasib Lotharingie ? Nasib kerajaan Lotharingie milik Lothaire II pun tidak berbeda jauh.

Setelah kematiannya (869), Lotharingie dibagi dua oleh kedua pamannya (Louis II le Germanique & Charles II le Chauve) melalui perjanjian Meerssen (870). 

Dengan demikian, tamatlah riwayat Francie Médiane. Kerajaan Francie Médiane pun akhirnya lenyap dari percaturan politik di Eropa. Yang tetap eksis hanyalah Francie Occidentale yg merupakan cikal bakal kerajaan Prancis & Francie Orientale yang kelak akan menjadi kerajaan Jerman. Kerajaan Italia pun tidak bertahan lama karena kelak sepeninggal Louis II, wilayahnya dianeksasi oleh Charles II le Chauve. Francie Occidentale pun kelak juga mengalami kemerosotan parah akibat para rajanya yang semakin kehilangan wibawa.


Merci beaucoup,

Au revoir.

Search Results

Web result


Share this

3 Responses to "DINASTI CAROLINGIÈNNE : La Dynastie Carolingiènne 768 – 987 (PART 2)"