Azan dan Nama dalam Tradisi Orang Tatar Polski
Cześć!
Apa kabar KePoster? Sudah lama tidak membuat artikel di situs ini. Nah, Admin RF ingin menceritakan sedikit tentang tradisi di Polandia, tepatnya tradisi etnik Tatar Polski. Etnik Tatar di Polandia ini sebenarnya sudah ada sejak lama. Mereka memeluk agama Islam ahlussunnah waljamā’ah atau Sunni bermazhab Hanafi. Nah, menariknya mereka menggunakan bahasa Polski dalam kehidupan sehari-harinya.
Azan kepada Kamil Radecki oleh Imam Nusret Kujrakovič pada tahun 1991 dari Pawlic-Miśkiewicz (37)
Sebagaimana umat Islam di beberapa negara lainnya seperti di Nusantara, mereka punya tradisi untuk mengazankan bayi dan memberi nama pada mereka. Azan atau azan dalam bahasa Polski juga dilantunkan ketika hendak memberi nama pada seorang bayi dari keluarga Muslim Tatar Polski. Sebelum diazankan mereka dimandikan dan dipakaikan dengan baju serba putih. Bayi juga perlu diberi alas (becik) dari kulit (skóra) atau kulit domba (barania). Bantal (poduszka) disiapkan dan kepala bayi diarahkan ke kiblat. Pada meja yang diberi taplak (obrus) putih, ada beberapa benda yang perlu diletakkan yaitu: roti (chleb), garam (sól), segelas air putih (szklanka z wodą) atau syta (sejenis minuman air rendaman dengan madu), sadoga (sedekah), dan Al-Qur’an (Koran).
Tradisi ini ada beberapa versi. Versi pertama adalah versi Imam Stefan Mustafa Jasiński.
Baca niat dalam bahasa Tatar;
Imam memberi tahu bayinya laki atau perempuan kepada umum;
Baca tahlil “Lā ilāha illallāh” tujuh kali dan syahadat (szahada) serta kalimat tauhid dari sunnah (sunna);
Baca doa seperti:
Lā ilāha illallāhu waḥdahu lā syarīka lah, lahulmulku walahulḥamdu yuḥyi wayumītu wahuwa ‘alā kulli syay’in qadīr, biraḥmatika yā arḥamarrāḥimīn, walḥamdulillāhi rabbil’ālamīn. Atau dalam alihaksara Polski “La ilaha illa-llah Łahduhu la szerika lah Lahu l-mulk Ła lahu l-hamd Juchi ła jumit Ła huła ala kulli szej in kadir Bi rachmatika ja archema arrachimin Ła alhamdu lillahi Rabbi l-alamin” (oleh Tomasz Miśkiewicz dalam Pawlic-Miśkiewicz 18);
Baca azan di telinga kanan bayi;
Baca ikamah (kamiet) di telinga kiri bayi;
Imam mengenggam jari kanan dan mengangkat sedikit ke atas dan membaca syahadat atau cukup menyentuh jari tersebut jika agak sulit;
Sambil membaca syahadat, imam membaca tiga kali “Pamiętaj swoje imię… do Dnia Sądnego” (Ingatlah namamu… hingga Hari Pembalasan). Dalam tradisi lama, imam membisikkan ke telinga bayi.
Versi kedua adalah menurut Mufti Tomasz Miśkiewicz (Mufti Polandia).
Imam mengatakan “Szanowni Państwo, zebraliśmy się dzisiaj, żeby wspólnie uczestniczyć w azanie, nadaniu imienia dziecku Państwa ....” (Tuan-tuan dan Nyonya-nyonya yang terhormat! Pada hari ini, kita berkumpul bersama-sama untuk menghadiri acara azan dan untuk memberikan nama kepada anak bayi dari pasangan Tuan dan Nyonya … [nama belakang keluarga]);
Baca Surat Al-Fatihah, Al-Ikhlas, dan lima ayat pertama Surat Al-Baqarah;
Untuk kesehatan anak bayi tersebut dibacakan pula Surat Yasin (Jasień);
Imam menyentuh telinga kanan bayi dan membacakan azan;
Imam menyentuh telinga kiri bayi dan membacakan ikamah;
Imam memegang jari telunjuk kanan bayi dan membacakan syahadat dan mengucapkan “Pamiętaj swoje imię do Dnia Sądnego” (Ingatlah namamu hingga Hari Pembalasan);
Semua hadirin membaca takbir (tekbiry) berikut yang dipimpin oleh imam bersama-sama:
Allāhu akbar, Allāhu akbar, Lā ilāha illallāh, Huwallāhu akbar, Allāhu akbar, walillāhi walḥamd atau dalam pengucapan aslinya Allahu ekber, Allahu ekber, La ilaha illallah, Huła llahu ekber, Allahu ekber, Ła lillahi łalhamd;
Imam baca doa dan setelah itu hadirin membaca Surat Al-Fatihah;
Hadirin mengangkat tangan seraya mengaminkan doa penutup Al-Fatihah:
Waṣalli ‘alā asyrafi jamī’ al-anbiyā’i wal mursalīn, Walḥamdulillāhi rabbil’ālamīn atau dalam pengucapan aslinya Wesalli ala aszrafa dżemija ambija łal mursalin, wielchamdu lillahi rebbil alemiń;
Acara dilanjutkan dengan mendoakan sedekah;
Imam membaca doa untuk sedekah;
Hadirin mengikuti imam membaca Surat Al-Fatihah;
Imam membaca tiga kali Surat Al-Ikhlas;
Setiap surat diakhiri membaca takbir tiga kali yang didahului dengan satu kali membaca: Ja rabbi samieda, Miehmuda, mieksuda, Idża biet dua rachmet huziera, Bilara tekbir, Bismillahir-rachmanir-rachim (Ya Allah Tuhan tempat bergantung, yang Terpuji, kepada-Mu lah kami bermaksud perkenankanlah doa kami Ya Allah yang Penyayang, Allah Maha Besar, Dengan Nama Allah yang Maha Pemurah dan Maha Penyayang) dan setelah setiap setelah setiap satu takbir diakhiri doa selawat Wesalli ala aszrafa dżemija dst. Setelah membaca Al-Fatihah membaca Wielchamdulillah dst.
Nama bayi yang diberikan saat azan dapat berbeda dengan apa yang tecatat di Catatan Sipil. Seperti contohnya bayi yang diazankan diberikan nama Islami dengan pengucapan Tatar, sementara dalam Catatan Sipil diberi nama umum.
Nah, sekian dulu ya tentang tradisi orang Tatar Polski.
Do widzenia!
Sumber:
Pawlic-Miśkiewicz, Barbara. I pamiętaj swoje imię: Rytuały przejścia Tatarów polskich - azan. Cetakan ke-2. Białystok: MZR, 2019.
0 Comment to "Azan dan Nama dalam Tradisi Orang Tatar Polski"
Posting Komentar