你好! Pada kesempatan ini saya akan mengenalkan Bahasa Hakka.
Jika sobat KePo bingung apa itu bahasa Hakka, tenang saja
karena KePosters tidak sendirian. Mungkin KePosters pernah mendengar penuturnya
sedang berbicara dalam bahasa Hakka, hanya saja KePosters mengiranya sebagai
bahasa Mandarin namun dengan aksen yang lebih keras dan berliku-liku seperti
bahasa Kanton. Atau bahkan sobat KePo mengira Bahasa Hakka adalah Bahasa Kanton walaupun memang ada beberapa kemiripan.
Bahkan ada kok sobat KePo yang menyamakan bahasa Hakka
dengan bahasa Hokkian yang banyak digunakan oleh orang Tionghua di Medan. Jelas
ini salah.
Oleh karena itu, saya akan
sedikit bercerita mengenai sejarah
Hakka dan keberadaannya di Indonesia.
.
.
APA
ITU BAHASA HAKKA?
Bahasa Hakka adalah bahasa yang diciptakan oleh orang
Hakka. Hakka (Kèjiā - 客家) adalah salah satu kelompok Tionghoa yang merupakan
keturunan asli Dinasti Han. Bahasa yang mereka gunakan pun merupakan dialek
Tionghoa termuda setelah 6 dialek inti lainnnya yaitu Mandarin, Cantonese, Wu,
Min, Xiang dan Gan. Bahasa Hakka masih menggunakan karakter bahasa Mandarin
Kuno namun pelafalan dan kosakata yang digunakan hampir mirip dengan bahasa
Mandarin modern sekarang ini.
Orang Hakka pada awalnya merupakan warga bagian utara
Tiongkok (bermukim di sekitar Yellow River) yang kemudian bermigrasi ke bagian
selatan Tiongkok untuk menghindari perang pada masa Dinasti Jin Timur (Northern
Invasion of Huns) sekitar tahun 300 setelah masehi. Sebenarnya KePosters,
daerah selatan sana sudah ditempati lho oleh orang-orang Kanton yang bermigrasi
terlebih dahulu pada tahun 200an, yaitu setelah Dinasti Gin menyerang Baiyue di
wilayah asli Kanton dan menempatkan tentara mereka di sana. Orang Hakka
mengalami kesulitan berbaur dengan orang Tionghoa lainnya di sana terutama di
bidang bahasa dan tradisi. Mereka kemudian membentuk pemukiman tersendiri yang
menjadikan mereka kelompok yang berbeda. Oleh karena itu, muncullah bahasa
Hakka yang kemudian disebut oleh orang Kanton sana sebagai dialek baru
Tionghoa.
Orang Hakka cenderung bersifat konserfatif sehingga
mereka selalu menjaga
ketat tradisi keluarga secara turun-menurun sejak Dinasti Ming. Tradisi ini
terus dibawa bahkan saat mereka bermigrasi dan bermukim di Indonesia bersama
kelompok Tionghoa lainnya. Kedatangan kelompok Tionghua (± 2,8 juta penduduk)
ke Indonesia dibagi menjadi tiga gelobang, yaitu:
- Gelombang
pertama terjadi pada awal abad 15 (Dinasti Ming) pada masa kejayaan
Kerajaan Majapahit sebagai pedagang dan penyebar agama Islam yang
dikenalkan oleh Zheng He.
- Gelombang
kedua terjadi pada tahun 1619 sebagai pekerja untuk Jan Pieterszoon Coen
(Gubernur Jendral Hindia Belanda) yang ingin membangun kota Batavia.
- Gelombang
ketiga pada peristiwa Geger Pacinan atau Tragedi Angke (Belanda:
Chinezenmoord) yang kemudian memincu Perang Jawa (1741–1743) dimana orang-orang
Tionghoa berkumpul untuk membantu warga lokal melawan pemerintahan Hindia
Belanda.
Pelayaran Zheng He ke Indonesia dan Malaysia
Ilustrasi Peristiwa Geger Pacinan
Ketiga gelombang
tersebutlah yang membentuk orang Indonesia Tionghua. Walaupun begitu, orang
Hakka masih memiliki pemukiman aslinya di Tiongkok sana, yaitu di Meizhou, Huizhou, Tingzhou dan Ganzhou. Pemukiman Hakka
yang paling kental terdapat di Fujian Tulou, salah satu situs World Heritage,
dimana kita dapat melhat pemukiman tradisional warga Hakka.
Lalu, seperti apa
Bahasa Hakka di Indonesia? Sobat KePo sudah pernah bertemu langsung dengan
penutur aslinya?
Di Indonesia, terdapat kira-kira 400
penutur asli yang tersebar paling banyak di Pulau Kalimantan, Pulau Jawa dan
Pula Bangka-Belitung. Dikarenakan terpencarnya orang Hakka ke seluruh bagian
Indonesia dalam waktu yang lama, bahasa Hakka ini pun mengalami perubahan
membentuk variasi-variasi baru. Yang paling umum adalah Dialek Meixian (Jakarta, Belitung dan Pontianak) dan
Dialek Lufeng (Bangka dan Kalimantan Barat). Bahasa Hakka yang paling banyak
dimengerti di Indonesia adalah bahasa yang digunakan oleh warga Hakka di
Singkawang, Kalimantan Barat. Banyaknya warga Hakka di Kalimantan Barat (62%)
menginisaitif provinsi tersebut untuk membentuk kantor berita orang Tionghoa di
sana. Bahkan beberapa program pemerintah seperti pilpres dan pilkada
dilaksanakan dengan menggunakan bahasa Hakka.
Sesuai perkembangan zaman, orang Hakka juga terus
memperkenalkan budaya dan bahasa mereka dalam bentuk digital seperti film, lagu
dan buku cerita Hakka. Mereka juga melakukan pengenalan budaya melalui kuliner
dan cotton prints di seluruh dunia.
Cottong Prints
Film Hakka
Bagaimana ceritanya, sobat KePo? Semoga cerita singkat
ini tidak membuat KePosters bingung lagi ya mengenai Bahasa Hakka. 祝你好运!
Good luck!
0 Comment to "Bahasa Hakka - 客家話 : Pengenalan"
Posting Komentar