Seperti yang sebelumnya
dijanjikan, kali ini kita akan belajar angka! Angka-angka dalam bahasa Denmark
disebut-sebut sebagai biang keladi atas rendahnya kemampuan matematika
anak-anak Denmark. Lho?! Kenapa bisa begitu ya? Coba kita simak angka-angka
berikut:
0
nul
1
en
2
to
3
tre
4
fire
5
fem
6
seks
7
syv
8
otte
9
ni
10
ti
Belum menemukan
kesulitannya (selain dari pelafalannya)? Yuk, kita lihat lanjutannya:
11
elleve
12
tolv
13
tretten
14
fjorten
15
femten
16
seksten
17
sytten
18
atten
19
nitten
20
tyve
Masih dirasa mudah? Mari
kita lanjut:
21
énogtyve
22
toogtyve
23
treogtyve
28 otteogtyve
29 niogtyve
30 tredive
31 énogtredive
35 femogtredive
39 niogtredive
40 fyrre
44 fireogfyrre
46 seksogfyrre
47 syvogfyrre
Mulai agak sulit ya? Jadi, angka satuan dalam
bahasa Denmark dinyatakan terlebih dahulu sebelum puluhannya. Dipisahkan dengan
“og” yang artinya “dan”. Mari kita lanjutkan hitungan kita:
50 halvtreds
51 énoghalvtreds
53 treoghalvtreds
60 tres
62 toogtres
64 fireogtres
70 halvfjerds
75 femoghalvfjerds
77 syvoghalvfjerds
80 firs
86 seksogfirs
88 otteogfirs
90 halvfems
99 nioghalvfems
100 hundrede
Pusing ya? Saya juga dahulu merasakan hal yang
sama. Saya yakin pertanyaan yang muncul (kalau kalian belum tahu sistem angka
di bahasa Denmark) di pikiran setelah membaca adalah:
1.
Kenapa “tres” jadi enam puluh? “Tres” di bahasa Spanyol ‘kan “tiga”, kenapa
jadi enam puluh/tidak ada hubungannya dengan tiga?
2.
Kenapa ada “halv”? Saat saya cari di kamus,”halv” dalam bahasa Denmark
artinya “setengah”.
3.
Kenapa 50, 60, 70, 80 dan 90 tidak memiliki hubungan nama dengan “fem”, “seks”,
“syv”, “otte” dan “ni”?
Dsb.
Ini karena Denmark dahulu menggunakan sistem
berhitung vigesimal yang berdampak pada penyebutan angkanya. Indonesia,
Inggris dan banyak bahasa lainnya sekarang menggunakan sistem desimal.
Perbedaan vigesimal dan desimal adalah: desimal mengulang hitungan satuan
setelah sepuluh, sedangkan vigesimal mengulang hitungan setelah dua puluh.
Sebenarnya, 40 sampai 90 memiliki akhiran; 40
adalah “fyrretyve”, 50 adalah “halvtredsinstyve”, 60 adalah “tresindstyve” dst.
Bentuk-bentuk berakhiran tersebut adalah bentuk lama. Bisa dilihat dari
penggunaan kata “sinde” yang berarti “kali”(yang sekarang digantikan oleh “gange”).
Ini menjelaskan mengapa 50 adalah “halvtreds”,
“setengah tiga”; Maksudnya setengah menuju tiga kali dua puluh.
Masih bingung? Silakan lihat perhitungannya pada gambar
di bawah ini:
Bahasa Perancis juga meninggalkan jejak penggunaan
vigesimal pada bahasanya. Bisa dilihat pada gambar di atas.
Masih bingung juga? Tenang, anak-anak Denmark juga
bingung!
Intinya hapalkan saja, anggap saja tantangan untuk
menguasai bahasa yang keren ini! Sampai berjumpa di kesempatan berikutnya! Vi
ses!
0 Comment to "Angka dalam Bahasa Denmark"
Posting Komentar